Cerita horor lucu super konyol
Malam itu seluruh anggota Akatsuki yang sedang lengkap-lengkapnya lagi kumpul-kumpul nggak jelas di ruang tamu markas mereka.
Oke. Jangan bayangkan ruang tamu markas mereka adalah ruangan elit bergaya Eropa dengan kesan yang wah karena pada nyatanya markas mereka bahkan tidak memiliki ruang tamu sebab tidak akan ada orang bodoh yang mau bertamu kepada organisasi kriminal sekaliber Akatsuki hanya untuk ngobrol-ngobrol santai tentang cuaca hari ini sambil minum teh.
Kemudian salah satu dari orang-orang yang tengah merasa suntuk akibat wabah kurang lapangan pekerjaan itu memulai percakapan yang takkan mereka lupakan seumur hidup.
"Eh, senpai-senpai! Tobi bosen nih! Ngapain gitu yuuk" ajak Tobi.
"Emang lu mau ngapain?" tanya Itachi.
"Cerita hantu!"
"Wokeh, siapa takut, un! Eh pren, lu pada mau ikutan nggak?" tantang Deidara dan semua orang memberi persetujuan. Merekapun duduk melingkar dalam cahaya yang agak remang-remang karena Kakuzu lagi menggalakkan program hemat listrik biar tagihan listrik markas mereka nggak membengkak.
"Harus pengalaman pribadi ya" kata Kisame.
"Oke. Mulai dari siapa nih? Lu mau duluan, Dan" Pein menanyai Hidan.
"Menurut aturan agama tak baik memonopoli, sebaiknya Kakuzu duluan saja. Silahkan Kuz!"
"Suatu hari, pas gue lagi sendirian dimarkas..." Kakuzu memulai cerita sambil bermuka diserem-seremin untuk mencari feeling. Melihat wajah abstrak Kakuzu, mau tak mau satu persatu anggota Akatsuki yang lain mulai merasakan ketegangan. Sedikit karena rasa horor mengingat mereka akan memulai suatu kisah hantu, sisanya karena mules ngeliatin wajah Kakuzu yang maunya dibikin serem tapi hasilnya malah mal praktek.
"Suatu hari pas gue lagi sendirian di markas, gue sadar kalo ada sesuatu yang hilang dari diri gue..." lanjutnya dengan wajah yang yang masih diserem-seremin, "Dan benda itu adalah benda yang ada kaitannya erat dengan hidup dan mati gue... Benda itu adalah..." kali ini matanya melotot.
"A- apaan tuh senpai?"
"DOMPET GUE!!"
GUBRAK!!
"Bentar belom selesai. Ini lanjutannya.."
Flashback
Kakuzu mulai mencari dompetnya yang hilang seharian penuh. Dia membongkar seluruh markas demi mencari belahan jiwanya tersebut dari sudut utara hingga sudut selatan. Karena mulai capek, diapun beristirahat sambil menyanyi.
"Kisah sedih di hari.. Ini hari apa ya?"
"Rabu"
"Oh ya Rabu!" Diapun melanjutkan nyanyian tersebut.
Rabu malam kusendiri
Tanpa dompet disini
Disekitar kucari dia
Tapi enggak ketemu
Mungkinkah ini berarti
Aku tlah bokek lagi
Walaupun ku berkata bukan
Bukan itu...
# Penyesalanku smakin dalam dan sedih
Tlah kumasukkan semua budgetku disitu
Aku tak mampu jadi kere begini
Mudah-mudahan ini hanya mimpi
Hanya mimpi..
"Hiks.. hiks" Kakuzu mulai nangis sedikit karena dompetnya nggak kunjung ketemu, "Kira-kira dompet gue dimana ya?"
"Di kantongmu"
Kakuzu tersentak, dia kemudian merogoh kantongnya dan senang karena menemukan dompetnya disana.
Flashback end
"Nggak mutu, cuma cerita dompet ilang" cemooh Pein.
"Heh! Lu nggak perhatiin cerita gue ya! Kan gue udah bilang pas itu gue sendirian di markas. Dan sampe sekarang gue nggak tau darimana asal muasal suara yang ngasih tau gue itu" terang Kakuzu.
"Kalo gitu, lumayan serem ya"
"Bilang aja lo takut!" sindir Konan.
"Ada yang punya cerita lagi?" Pein mengalihkan perhatian.
"Gue ada stok nih! Yang itu lho, chi" seru Kisame membuat Itachi teringat tentang suatu cerita, "Gini ceritanya.."
Flashback
"Hari ini siapa yang piket jaga markas?" tanya si kepala oranye muka tindikan, Pein.
"Entahlah" Konan masa bodoh.
"Tauk!" kata Tobi juga ikutan masa bodoh.
"Kalo lu bayar, gue jawab!" jawab si -mata ijo kalo ngeliat duit- Kakuzu.
"Piket itu cuma ilusi" Itachi nggak jelas akibat terlalu sering memakai jurus ilusi Mangekyou Sharingan.
"Gue kali ya? Kayaknya kok bukan" kata Zetsu yang lagi berkutat antara iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak endless
"Insyaallah bukan gue" sahut Hidan.
"Gue juga enggak, un!" jawab Deidara.
"..." Sasori mengangkat bahu.
"Gue! Gue!" jawab Kisame.
"Ya udah. Kita semua mau kerja, lo jagain markas yang bener ya" pesan Pein.
"Sip. Dadah!"
Pintu markas pun tertutup seiring kesembilan anggota Akatsuki yang lainnya pergi meninggalkan markas demi tugas mulia yang telah menanti mereka. Meninggalkan pula Kisame yang mulai bengong nggak jelas karena nggak ada kerjaan.
"Enaknya ngapain ya?" bisik Kisame pada dirinya sendiri selang beberapa jam dia ditinggal sendirian. Pada saat itu terdengar suara sirine pedel pop yang berbunyi Tolelot...Tolelot...Matanya Mencolot! Tanda bahwa pedagang es krim sedang ada di depan markas mereka.
"Gue tau! Jajan es krim ah" Kisame mengambil uang untuk membeli sebatang es krim dan mencegat pedagang es krim tadi.
"Neng! Neng! Beli es krimnya donk!" seru Kisame pada gadis penjual es krim tersebut.
"Mau rasa apa..."
"Adanya apa?"
"Apa aja ada..."
"Kalo gitu es krim rasa ikan tongkol deh!"
"Inii.." penjual itu menyerahkan sebatang es krim pada Kisame.
"Makasih, nih duitnya"
"Nggak usaah.." gadis yang super tenang itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan yang luarbiasa lembut dan mendorong gerobaknya menjauh dari Kisame.
"Orang aneh! Jadi tukang es aja nggak becus! Dikasih duit nggak mau" gumam Kisame, "Eh, lo udah pulang, chi?" kata Kisame pada Itachi yang baru pulang dari tugasnya.
"He-eh! Apaan tuh? Es krim ya?"
"Iya"
"Gue pengen. Beli dimana lo?"
"Sama pedagang lewat"
"Oh. Pedagang lewat, berarti udah lama dong?" Itachi agak kecewa.
"Enggak kok. Gue beli beberapa menit sebelum lo dateng" jawab Kisame membuat Itachi bergidik.
"Sam, lo belinya bener-bener barusan? Nggak bohong?"
"Iya. Buat apa juga gue bohong?" sahut Kisame inosen ala ikan sarden.
"Gue nggak ketemu sama siapa-siapa di jalan"
"Lo nggak jodoh kali" masih mempertahankan inosen ikan sarden.
"Lo sadar nggak sih kalo jalan ke markas kita cuma ada jalan setapak, itu aja sejauh satu kilometer kedepan. Lainnya udah hutan belantara semua!!" terang Itachi berapi-api.
"Jadi.."
"Jadi nggak mungkin gue selisih jalan sama orang hanya dalam kurun waktu beberapa menit!!"
"Te-terus yang tadi itu apaan dong?" Kisame sedikit-sedikit mulai menangkap maksud dari Itachi yang kini menampakkan wajah pucat pasi.
"WHUUUAAA!!" mereka berdua lari tunggang langgang masuk ke dalam markas.
Flashback end
"Yang bener?" Sasori yang kalem lumayan shock.
"Iya, Itachi aja liat pas gue makan es! Kalian semua tau kalo di markas nggak ada kulkas, mana mungkin ada es kalo gue nggak beli! Lagian gue masih inget nada sirine gerobaknya..."
Tolelot Tolelot Matanya Mencolot! Tolelot Tolelot Matanya Mencolot!
"Iya, kayak gitu!" Kisame menjawab dengan mantap.
"Kayak gitu, sam?" tanya Zetsu penuh penekanan.
"Nggak salah!" masih menjawab dengan mantap.
"Ini malem, kan?" Hidan mulai memegang tasbihnya dengan erat.
"Iya" suara Kisame melirih.
"Siapa yang nyanyiin sirine tadi" interogasi Pein.
"Kalo gitu..." Itachi punya firasat buruk"
"Mas... mau beli es lagi nggaaak..?"
"WHOOOOOOAAAAAAAAA!!"
Dan Akatsuki pun mengambil hikmah dari kejadian tersebut yaitu untuk tidak pernah lagi membicarakan soal tetangganya karena mereka belum siap mental kalau suatu hari tetangga mereka datang bertamu untuk ngobrol santai tentang cuaca sambil minum teh.
Malam itu seluruh anggota Akatsuki yang sedang lengkap-lengkapnya lagi kumpul-kumpul nggak jelas di ruang tamu markas mereka.
Oke. Jangan bayangkan ruang tamu markas mereka adalah ruangan elit bergaya Eropa dengan kesan yang wah karena pada nyatanya markas mereka bahkan tidak memiliki ruang tamu sebab tidak akan ada orang bodoh yang mau bertamu kepada organisasi kriminal sekaliber Akatsuki hanya untuk ngobrol-ngobrol santai tentang cuaca hari ini sambil minum teh.
Kemudian salah satu dari orang-orang yang tengah merasa suntuk akibat wabah kurang lapangan pekerjaan itu memulai percakapan yang takkan mereka lupakan seumur hidup.
"Eh, senpai-senpai! Tobi bosen nih! Ngapain gitu yuuk" ajak Tobi.
"Emang lu mau ngapain?" tanya Itachi.
"Cerita hantu!"
"Wokeh, siapa takut, un! Eh pren, lu pada mau ikutan nggak?" tantang Deidara dan semua orang memberi persetujuan. Merekapun duduk melingkar dalam cahaya yang agak remang-remang karena Kakuzu lagi menggalakkan program hemat listrik biar tagihan listrik markas mereka nggak membengkak.
"Harus pengalaman pribadi ya" kata Kisame.
"Oke. Mulai dari siapa nih? Lu mau duluan, Dan" Pein menanyai Hidan.
"Menurut aturan agama tak baik memonopoli, sebaiknya Kakuzu duluan saja. Silahkan Kuz!"
"Suatu hari, pas gue lagi sendirian dimarkas..." Kakuzu memulai cerita sambil bermuka diserem-seremin untuk mencari feeling. Melihat wajah abstrak Kakuzu, mau tak mau satu persatu anggota Akatsuki yang lain mulai merasakan ketegangan. Sedikit karena rasa horor mengingat mereka akan memulai suatu kisah hantu, sisanya karena mules ngeliatin wajah Kakuzu yang maunya dibikin serem tapi hasilnya malah mal praktek.
"Suatu hari pas gue lagi sendirian di markas, gue sadar kalo ada sesuatu yang hilang dari diri gue..." lanjutnya dengan wajah yang yang masih diserem-seremin, "Dan benda itu adalah benda yang ada kaitannya erat dengan hidup dan mati gue... Benda itu adalah..." kali ini matanya melotot.
"A- apaan tuh senpai?"
"DOMPET GUE!!"
GUBRAK!!
"Bentar belom selesai. Ini lanjutannya.."
Flashback
Kakuzu mulai mencari dompetnya yang hilang seharian penuh. Dia membongkar seluruh markas demi mencari belahan jiwanya tersebut dari sudut utara hingga sudut selatan. Karena mulai capek, diapun beristirahat sambil menyanyi.
"Kisah sedih di hari.. Ini hari apa ya?"
"Rabu"
"Oh ya Rabu!" Diapun melanjutkan nyanyian tersebut.
Rabu malam kusendiri
Tanpa dompet disini
Disekitar kucari dia
Tapi enggak ketemu
Mungkinkah ini berarti
Aku tlah bokek lagi
Walaupun ku berkata bukan
Bukan itu...
# Penyesalanku smakin dalam dan sedih
Tlah kumasukkan semua budgetku disitu
Aku tak mampu jadi kere begini
Mudah-mudahan ini hanya mimpi
Hanya mimpi..
"Hiks.. hiks" Kakuzu mulai nangis sedikit karena dompetnya nggak kunjung ketemu, "Kira-kira dompet gue dimana ya?"
"Di kantongmu"
Kakuzu tersentak, dia kemudian merogoh kantongnya dan senang karena menemukan dompetnya disana.
Flashback end
"Nggak mutu, cuma cerita dompet ilang" cemooh Pein.
"Heh! Lu nggak perhatiin cerita gue ya! Kan gue udah bilang pas itu gue sendirian di markas. Dan sampe sekarang gue nggak tau darimana asal muasal suara yang ngasih tau gue itu" terang Kakuzu.
"Kalo gitu, lumayan serem ya"
"Bilang aja lo takut!" sindir Konan.
"Ada yang punya cerita lagi?" Pein mengalihkan perhatian.
"Gue ada stok nih! Yang itu lho, chi" seru Kisame membuat Itachi teringat tentang suatu cerita, "Gini ceritanya.."
Flashback
"Hari ini siapa yang piket jaga markas?" tanya si kepala oranye muka tindikan, Pein.
"Entahlah" Konan masa bodoh.
"Tauk!" kata Tobi juga ikutan masa bodoh.
"Kalo lu bayar, gue jawab!" jawab si -mata ijo kalo ngeliat duit- Kakuzu.
"Piket itu cuma ilusi" Itachi nggak jelas akibat terlalu sering memakai jurus ilusi Mangekyou Sharingan.
"Gue kali ya? Kayaknya kok bukan" kata Zetsu yang lagi berkutat antara iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak, iya, enggak endless
"Insyaallah bukan gue" sahut Hidan.
"Gue juga enggak, un!" jawab Deidara.
"..." Sasori mengangkat bahu.
"Gue! Gue!" jawab Kisame.
"Ya udah. Kita semua mau kerja, lo jagain markas yang bener ya" pesan Pein.
"Sip. Dadah!"
Pintu markas pun tertutup seiring kesembilan anggota Akatsuki yang lainnya pergi meninggalkan markas demi tugas mulia yang telah menanti mereka. Meninggalkan pula Kisame yang mulai bengong nggak jelas karena nggak ada kerjaan.
"Enaknya ngapain ya?" bisik Kisame pada dirinya sendiri selang beberapa jam dia ditinggal sendirian. Pada saat itu terdengar suara sirine pedel pop yang berbunyi Tolelot...Tolelot...Matanya Mencolot! Tanda bahwa pedagang es krim sedang ada di depan markas mereka.
"Gue tau! Jajan es krim ah" Kisame mengambil uang untuk membeli sebatang es krim dan mencegat pedagang es krim tadi.
"Neng! Neng! Beli es krimnya donk!" seru Kisame pada gadis penjual es krim tersebut.
"Mau rasa apa..."
"Adanya apa?"
"Apa aja ada..."
"Kalo gitu es krim rasa ikan tongkol deh!"
"Inii.." penjual itu menyerahkan sebatang es krim pada Kisame.
"Makasih, nih duitnya"
"Nggak usaah.." gadis yang super tenang itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan yang luarbiasa lembut dan mendorong gerobaknya menjauh dari Kisame.
"Orang aneh! Jadi tukang es aja nggak becus! Dikasih duit nggak mau" gumam Kisame, "Eh, lo udah pulang, chi?" kata Kisame pada Itachi yang baru pulang dari tugasnya.
"He-eh! Apaan tuh? Es krim ya?"
"Iya"
"Gue pengen. Beli dimana lo?"
"Sama pedagang lewat"
"Oh. Pedagang lewat, berarti udah lama dong?" Itachi agak kecewa.
"Enggak kok. Gue beli beberapa menit sebelum lo dateng" jawab Kisame membuat Itachi bergidik.
"Sam, lo belinya bener-bener barusan? Nggak bohong?"
"Iya. Buat apa juga gue bohong?" sahut Kisame inosen ala ikan sarden.
"Gue nggak ketemu sama siapa-siapa di jalan"
"Lo nggak jodoh kali" masih mempertahankan inosen ikan sarden.
"Lo sadar nggak sih kalo jalan ke markas kita cuma ada jalan setapak, itu aja sejauh satu kilometer kedepan. Lainnya udah hutan belantara semua!!" terang Itachi berapi-api.
"Jadi.."
"Jadi nggak mungkin gue selisih jalan sama orang hanya dalam kurun waktu beberapa menit!!"
"Te-terus yang tadi itu apaan dong?" Kisame sedikit-sedikit mulai menangkap maksud dari Itachi yang kini menampakkan wajah pucat pasi.
"WHUUUAAA!!" mereka berdua lari tunggang langgang masuk ke dalam markas.
Flashback end
"Yang bener?" Sasori yang kalem lumayan shock.
"Iya, Itachi aja liat pas gue makan es! Kalian semua tau kalo di markas nggak ada kulkas, mana mungkin ada es kalo gue nggak beli! Lagian gue masih inget nada sirine gerobaknya..."
Tolelot Tolelot Matanya Mencolot! Tolelot Tolelot Matanya Mencolot!
"Iya, kayak gitu!" Kisame menjawab dengan mantap.
"Kayak gitu, sam?" tanya Zetsu penuh penekanan.
"Nggak salah!" masih menjawab dengan mantap.
"Ini malem, kan?" Hidan mulai memegang tasbihnya dengan erat.
"Iya" suara Kisame melirih.
"Siapa yang nyanyiin sirine tadi" interogasi Pein.
"Kalo gitu..." Itachi punya firasat buruk"
"Mas... mau beli es lagi nggaaak..?"
"WHOOOOOOAAAAAAAAA!!"
Dan Akatsuki pun mengambil hikmah dari kejadian tersebut yaitu untuk tidak pernah lagi membicarakan soal tetangganya karena mereka belum siap mental kalau suatu hari tetangga mereka datang bertamu untuk ngobrol santai tentang cuaca sambil minum teh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar